DAERAH
ALIRAN SUNGAI ASAHAN
Nama : Mentari Yuwanda
NIM
: 12513050
Kelas : C
Mahasiswa
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas
Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas
Islam Indonesia
Abstrak
Daerah
aliran sungai (DAS) merupakan wilayah yang dibatasi oleh topografi dimana air
yang berada di wilayah
tersebut akan mengalir
ke outlet sungai
utama hingga ke
hilir. Komponen yang terdapat dalam DAS terdiri dari komponen fisik, kimia, dan
biologi. Komponen fisik mencakup
kondisi fisik geografis
DAS yang bersangkutan sedangkan kondisi kimia lebih
menitikberatkan kepada kondisi dari air sungai. Komponen biologi dilihat dari
keragaman makhluk hidup termasuk manusia yang ada dalam DAS yang memiliki andil
terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem DAS. Penggunaan tanah
sebagai pencerminan aktivitas penduduk akan memengaruhi kondisi di suatu
DAS sehingga bisa berpengaruh terhadap kualitas serta kuantitas air sungai yang
ada. Sungai asahan merupakan
sungai yang terdapat
di Provinsi Sumatera
Utara. Daerah aliran sungai Asahan, ini adalah suatu daerah yang diatasi
secara topografi dimana semua air yang berasal dari curah hujan akan mengalir ke sungai Asahan. Batasan
daerah aliran ini dimulai dari bendungan pengatur siruar sampai ke hilir
berbatasan dengan laut Selat Malaka.
Kata Kunci : DAS, Sungai Asahan
I.
Pendahulan
Daerah
aliran sungai (DAS) merupakan wilayah yang dibatasi oleh topografi dimana air
yang berada di wilayah
tersebut akan mengalir
ke outlet sungai
utama hingga ke
hilir. Komponen yang terdapat dalam DAS terdiri dari komponen fisik,
kimia, dan biologi. Komponen fisik
mencakup kondisi fisik
geografis DAS yang
bersangkutan sedangkan kondisi kimia lebih menitikberatkan kepada
kondisi dari air sungai. Komponen biologi dilihat dari keragaman makhluk hidup
termasuk manusia yang ada dalam DAS yang memiliki andil terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem DAS.
DAS
memiliki fungsi yang sangat penting bagi kehidupan. Karena dalam DAS terdapat
suatu sistem yang berjalan
dan terdiri dari berbagai
komponen. DAS dapat
dibagi menjadi tiga
bagian menurut pengelolaannya. Yaitu DAS bagian hulu, tengah, dan hilir.
DAS di bagian hulu amat penting sebagai
penyimpan air, penyedia air untuk
industri, potensi pembangkit
listrik, dan yang
tak kalah penting sebagai
penyeimbang ekologis di dalam sistem DAS. DAS bagian tengah merupakan wilayah
dimana adanya permukiman serta kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh manusia.
Di DAS bagian hilir biasanya merupakan daerah endapan yang subur sehingga padat
akan permukiman penduduk. Selain
itu lokasi-lokasi industri
juga banyak yang
terdapat di DAS
bagian hilir. Penggunaan tanah
sebagai pencerminan aktivitas penduduk akan memengaruhi kondisi di suatu
DAS sehingga bisa berpengaruh terhadap kualitas serta kuantitas air sungai yang
ada.
Sungai asahan merupakan
sungai yang terdapat
di Provinsi Sumatera
Utara. Daerah aliran sungai Asahan, ini adalah suatu daerah yang diatasi
secara topografi dimana semua air yang berasal dari curah hujan akan mengalir ke sungai
Asahan. Batasan daerah aliran ini
dimulai dari bendungan pengatur siruar sampai ke hilir berbatasan dengan laut
Selat Malaka.
DAS
Asahan menjadi banyak diperbincangkan media ketika pemerintah pada tahun 1975
telah menandatangani suatu perjanjian usaha patungan antara pemerintah
indonesia dengan pemerintah jepang untuk mendirikan pabrik peleburan aluminium
di Kuala Tanjung yang dikelola oleh PT.Indonesia Asahan Aluminium atau PT.
INALUM. Selain itu juga pemeruntah berencana membangun PLTA Asahan di sungai
Asahan.
DAS
Asahan terletak di Provinsi Sumatera Utara. DAS Asahan mencakup Danau Toba yang
menjadi hulunya berikut Sungai Asahan sebagai outlet sungai utamanya. Panjang
sungai Asahan 147 km dengan enam buah anak sungai utamanya. Luas dari DAS
Asahan ini mencapai 3.741 km2 dimana hulunya
berasal dari Danau Toba dan mengalirkan sungai hingga
ke Selat Malaka. Rata-rata curah hujan yang ada di DAS Asahan yaitu
berkisar 2.112 mm per tahun. Kota utama yang dilingkupi oleh DAS Asahan
diantaranya Parapat, Porsea, Balige, Kisaran, dan Tanjung Balai. Titik
ketinggian tertinggi di DAS Asahan
yaitu Gunung Dolok
Sibutan dengan tinggi
2.457 mdpl sedangkan
yang terendah terdapat di Tanjung
Jumpul dengan ketinggian 0 mdpl.
II.
Studi
Pustaka
Teori
penelitia ini dilandaskan oleh teori-teori yang telah di kemukakan oleh
Joeesron Loebis yang telah meneliti hidrologi Danau Toba dan sungai Asahan
serta Sanudin dan B. S. Antoko yang meneliti kajian sosial ekonomi masyarakat
di DAS Asahan.
III.
Metodelogi
Penulisan
a. Metode
pengumpulan data
Penulis dalam
pengumpulan data dalam daftar pustaka menggunakan metode pengumpulan data
skunder yaitu data yang diperoleh dari pihak lain, tidak langsung diperoleh
penulis dari subjeknya.
b. Penulis
menggunakan metode deskriptif yaitu menyajikan data secara sistematis agar
uddah untuk dimengerti.
IV.
Pembahasan
Sungai
Asahan telah lama di manfaatkan oleh masyarakat di sekitar wilayah Sumatera
Utara khususnya masyarakat di sekitar DAS Asahan dan Danau Toba. Pemanfaatan
DAS Asahan telah berkembang menjadi lebih menarik saat ini, karena DAS Asahan
di bagian hulu di gunakan oleh pemerintah sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air
atau yang lebih dikenal sebagai PLTA Asahan. PLTA ini di bangun untuk mensuplai
listrik sekala besar karena PLTA ini dapat menghasilkan tenaga listrik sebesar
604 MW. Sedangkan potensi
hidrolistrik Sungai Asahan diperkirakan lebih dari 1.000 MW. Selain itu juga di
bagian DAS tengah Asahan telah dibangun pabrik aluminium terbesar se-Asia
Tenggara yaitu PT.INALUM yang memiliki kapasitas produksi pertahun sebesar
225.000 ton. Untuk dapat memenuhi kapasitas produksi aluminium ini maka
dibutuhkanlah tenaga listrik dari PLTA Asahan tersebut. Pembinaan dan
pengawasan pelaksanaan pengusahaan PLTA Asahan ini oleh pemerintah Indonesia di
tugaskan kepada suatu lembaga yang bernama OTORITA ASAHAN.
Pengairan di daerah sungai Asahan terutama di gunakan
untuk pengairan sawah dan air minum pedesaan. Selain itu juga daerah aliran ini
juga digunakan ole masyarakat sebagai sumber pengairan untuk lahn pertanian
mereka yang pada umunya menanam berbagai macam tanaman seperti bawang, kacang
tanah, kopi, cabe, dan sayur mayur. Selain itu pula terdapat pula industri
kecil berskala rumah tangga yang mengolah hasil-hasil pertanian, perkebunan,
perikanan, dan kehutanan seperti industri chopstick, pengolahan kemiri,
pengolahan kopi, dan industri pakan ikan. Laju petumbuhan industri dan
kerajinan rakyat di kawasan ini di perkirakan sebesar 9.45% pertahunnya (sumber
data tahun 1991). Selain itu juga banyak masyarakat yang menjadikan DAS Asahan
dan sekitarnya seperti Danau Toba sebagai tempat pembudidayaan perikanan darat
terutama perikanan tambak dengan memanfaatkan tepi danau dan muara
sungai-sungai anakan Asahan sebagai area tambak mereka. Umumnnya, usaha
budidaya ikan yang dilakukan adalah ikan mas dan nila, dengan sistem jala apung
sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat yang bermukim di sekitar
danau dan DAS Asahan. Akan tetapi, ada juga masalah yang dialami oleh
masyarakat sehubungan perikanan darat ini, antara lain pakan ikan yang harus di
datangkan dari luar daerah, sumber bibit ikan yang langka, harga tinggi, dan
sering terjadinya kematian ikan sebelum sempat di panen. Kematian ikan ini di
perkirakan erat hubungannya dengan kwalitas air di sekitar DAS Asahan. Penelitian tentang kwalitas air Das Asahan
dan sekitarnya dirasakan sangat perlu dilaksanakan secara intensif dan
berkesinambungan.
KONDISI FISIK
Jenis
Batuan di DAS Asahan
Jenis
batuan yang teridentifikasi di DAS Asahan diantaranya tuf Toba, formasi
Samosir, baik yang terbentuk di
lapisan mudanya atau
yang lebih tua umur
batuannya. Di sekitar
Danau Toba terdapat batuan
intrusif yang terbentuk sejak zaman tersier. Wilayah jenis batuan ini meliputi
lingkar luar Danau Toba serta pada wilayah bagian timur Sumatera Utara yang
rendah. Pada kondisi batuan yang demikian, banyak ditemukan beberapa tempat
penghasil emas untuk dieksplorasi lebih lanjut. Adapun jenis batuan yang
terdapat di Pulau Samosir terdiri dari batuan sedimen yang terbentuk sejak
zaman kuarter.
Batuan yang
terdapat di sekitar
Danau Toba termasuk di DAS
Asahan terbentuk akibat muntahan Gunung Toba pada lebih dari 70.000
tahun yang lalu. Di sekeliling Toba banyak ditemukan abu vulkanik (tuf) hasil
dari muntahan Toba. Cirinya yaitu
berstruktur pasir dan
mudah lepas. Tak heran jika di sekeliling
Toba merupakan lahan yang
subur dan banyak ditumbuhi
oleh tumbuhan. Pulau
Samosir yang terletak di
tengah Danau Toba
merupakan batuan sedimen
yang bertekstur pasir yang terkonsolidasi dan terdapat batu
kerikil.
Penggunaan Tanah di DAS Asahan
Penggunaan
tanah di DAS Asahan dapat dilihat pada peta penggunaan tanah di bawah. Pada
peta terlihat bahwa mayoritas penggunaan tanah di DAS Asahan terdiri dari badan
air (Danau Toba), perkebunan (forest plantation), dan lahan pertanian sawah.
Secara geografis, badan air yang berupa Danau Toba berada di hulu DAS Asahan
yang sekaligus menjadi sumber air Sungai Asahan. Di tengah badan air
terdapat Pulau Samosir yang
menjadi pusat permukiman
serta dimanfaatkan untuk perkebunan dan pertanian tanah kering. Di
bagian tengah penggunaan tanah berupa sebagian hutan dan juga
perkebunan. Di bagian
hilir, karena merupakan daerah datar
dimanfaatkan untuk lahan
pertanian sawah.
KEADAAN SOSIAL EKONOMI
Kepadatan Penduduk
Kepadatan
penduduk dalam suatu
kajian pengelolaan DAS dapat digunakan untuk melihat bagaimana pengaruh
dari kepadatan penduduk terhadap penggunaan tanah yang ada di DAS Asahan. Dari
Tabel 1 diketahui bahwa rata-rata kepadatan penduduk di DAS Asahan adalah
732,25 orang/km2, dimana nilai ini
menurut kriteria FAO
(1985) termasuk kategori
padat karena > 250 orang/km2. Kabupaten yang
mempunyai kepadatan penduduk
tertinggi adalah Tanjung
Balai dengan jumlah penduduk 149.238 orang dalam luas
wilayah 60,52 km2. ArtinyaTanjung Balai mempunyai kepadatan penduduk 2.466
orang dalam setiap km2. Sedangkan kepadatan
penduduk terendah berada
di Kabupaten Toba Samosir dengan jumlah 68 jiwa /km.
Tabel
di atas menggambarkan PDRB (pendapatan Daerah Regional Bruto) yang terdapat di
DAS Asahan menurut lapangan usahanya. Dari tabel tersebut terlihat kecenderungan
kegiatan ekonomi yang dominan di DAS
Asahan. Sektor yang
dilihat yaitu sektor
pertanian dan industri. Untuk sektor pertanian PDRB tertinggi berada di
Kabupaten Toba Samosir dan Simalungun sedangkan untuk sektor industri didominasi
oleh Kabupaten Asahan
dan Tanjung Balai.
Dari gambaran PDRB keempat kabupaten tersebut
di atas maka
kegiatan dominan ekonomi
di hulu dan
hilir DAS Asahan
dapat dibedakan. Kabupaten yang terdapat di daerah hulu DAS Asahan yaitu
Kabupaten Toba Samosir dan Simalungun sedangkan yang berada di bagian hilir
yaitu Kabupaten Asahan dan Tanjung Balai. Biasanya kegiatan utama ekonomi di
hulu yaitu dominasinya di kegiatan pertanian sedangkan di bagian
hilirnya adalah kegiatan industri. Namun, di
DAS Asahan ini
cukup menarik dimana
Kabupaten Toba Samosir
yang berada di
hulu sektor dominannya
yaitu kegiatan industri.
Bahkan dengan nilai yang besar yaitu 4.468.664. Dominannya kegiatan
industri di Kabupaten Toba Samosir ini bisa
dikarenakan terdapatnya industri
kertas PT Toba
Pulp Lestari yang
memiliki jangkauan pasar nasional hingga internasional.
keberadaan industri kertas ini akan menyerap lapangan pekerjaan yang besar
sehingga kegiatan ekonomi dominan di kabupaten ini adalah kegiatan industri.
Kabupaten lainnya yang berada di daerah hulu yaitu Kabupaten Simalungun.
Berbeda dengan Kabupaten Toba Samosir yang
memiliki sektor dominan
industri, kabupaten
Simalungun sektor dominannya
yaitu sektor pertanian. Hal ini
bisa dilihat dari PDRB nya yang mencapai 2.928.657. Di bagian
hilir, sektor dominannya
terbagi menajdi dua yaitu
sektor dominan industri
di Kabupaten Asahan dan sektor
dominan pertanian di
Kabupaten Tanjung Balai. Kabupaten
Asahan memiliki sektor dominan
industri. Hal ini
dikarenakan banyaknya
kontribusi dari sektor
industri yang berada di Kabupaten Asahan. Di Kabupaten Tanjung Balai
memiliki sektor dominan pertanian. Menurut Sanudin dan Antoko (2007) dominannya
sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Balai ini dikarenakan kegiatan perikanan
yang cukup dominan. Hal
ini masuk dalam
kategori pertanian, sehingga memberikan nilai yang cukup tinggi
pada PDRB sektor pertaniannya.
Pendapatan
Masyarakat
Pendapatan masyarakat
dapat dijadikan sebagai
indikatopr dalam perencanaan
pembangunan. Tabel di
atas memperlihatkan pendapatan
masyarakat yang ada
di DAS Asahan
menurut kabupatennya. Rata-rata
pendapatan per tahunnya
berada di Kabupaetn
Asahan dengan jumlah Rp.
14.341.044 per tahun sedangkan yang terendah terdapat di Kabupaten Simalungun
dengan nilai Rp. 6.888.854 per tahun. Nilai rata-rata pendapatan masyarakat
tersebut bergantung dari PDRB yang dihasilkan serta jumlah penduduk yang ada di
kabupaten masing-masing.
V.
Dampak Lingkungan
Selain banyak memberi keuntungan untuk
masyarakat di sekitarnya, akan tetapi kawasan DAS Asahan dan sekitarnya di
khawatirkan akan juga ikut tercemar oleh aktivitas masyarakat dan industri di
sekitar aliran sungai Asahan.
Dampak lingkungan yang terjadi antara lain :
-
Kerusakan
akibat faktor aktivitas pertanian yang tidak menerapkan konservasi tanah dan
air.
-
Tidak
adanya konservasi dalam penebangan hutan, akibatnya akan terjadi erosi yang
bisa menyebabkan banjir bandang
-
Pencemaran
air sungai akibat pembuangan limbah rumah tangga oleh masyarakat sekitar,
akibatnya air sungai akan tercemar sehingga tidak layak konsumsi sebagai air
minum PDAM.
-
Pencemaran
dari limbah buangan industri baik skala kecil, menengah ataupun besar yang
tidak berkesinambungan dengan lingkungan akan dapat mematikan dan menghancurkan
ekosistem biotik dan abiotik di sungai. Contoh, akan menghilangnya iikan-ikan
yang banyak terdapat disungai.
VI.
Simpulan
-
DAS
Asaha sangat bermanfaat bagi masyarakat sumatera utara
-
Ekosistem
yang dimiliki DAS baik biotik maupun abiotik memiliki potensi yang sangat besar
keuntungannya apabila dikelola secara bijak.
-
Daerah
aliran DAS sangat subur sehingga sangat cocok untuk ditanami sebagai lahan
pertanian oleh masyarakat sekitar .
-
DAS
Asahan juga dapat membuka peluang kerja yang besar karena banyaknya perusahaan
besar beroperasi di daerah DAS Asahan tersebut.
-
Kerusakan
juga dapat terjadi di DAS Asahan apabila masyarakat di DAS Asahan tidak peduli
dengan keselamatan ekosistem abiotik dan biotik di DAS Asahan, akibatnya akan
terjadi dampak erosi, banjir bandang, dan hilangnya keanekaragaman hayati di
DAS Asahan tersebut.
VII.
Daftar pustaka
Jayawardena, A. W, K. Takeuchi,
dan B. Machbub (eds). River Catalogue.
Volume II, December 1997,
Sandy, I Made. 1996. Geografi Regional Republik Indonesia. Cetakan 3.
Jakarta : PT Indograph Bakti.
Sanudin dan B. S. Antoko. 2007. Kajian Sosial Ekonomi Masyarakat di DAS
Asahan, Sumatera Utara.
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 4 No. 4 Desember
2007, Hal. 355 – 367.
Loebis,
Joesron. 1999.”Hidrologi Danau Toba dan Sungai Asahan”.