Selasa, 28 Mei 2013

Senin, 20 Mei 2013

Papper Lingkungan



DAERAH ALIRAN SUNGAI ASAHAN
Nama   : Mentari Yuwanda
NIM    : 12513050
Kelas   : C
Mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Islam Indonesia

Abstrak
Daerah aliran sungai (DAS) merupakan wilayah yang dibatasi oleh topografi dimana air yang berada  di  wilayah  tersebut  akan  mengalir  ke  outlet  sungai  utama  hingga  ke  hilir. Komponen yang terdapat dalam DAS terdiri dari komponen fisik, kimia,  dan  biologi. Komponen  fisik  mencakup  kondisi  fisik  geografis  DAS  yang  bersangkutan sedangkan kondisi kimia lebih menitikberatkan kepada kondisi dari air sungai. Komponen biologi dilihat dari keragaman makhluk hidup termasuk manusia yang ada dalam DAS yang memiliki andil terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem DAS. Penggunaan  tanah  sebagai pencerminan aktivitas penduduk akan memengaruhi kondisi di suatu DAS sehingga bisa berpengaruh terhadap kualitas serta kuantitas air sungai yang ada. Sungai  asahan  merupakan  sungai  yang  terdapat  di  Provinsi  Sumatera  Utara. Daerah aliran sungai Asahan, ini adalah suatu daerah yang diatasi secara topografi dimana semua air yang berasal dari  curah hujan akan mengalir ke sungai Asahan. Batasan daerah aliran ini dimulai dari bendungan pengatur siruar sampai ke hilir berbatasan dengan laut Selat Malaka.
Kata Kunci : DAS, Sungai Asahan



I.                   Pendahulan
Daerah aliran sungai (DAS) merupakan wilayah yang dibatasi oleh topografi dimana air yang berada  di  wilayah  tersebut  akan  mengalir  ke  outlet  sungai  utama  hingga  ke  hilir. Komponen yang terdapat dalam DAS terdiri dari komponen fisik, kimia,  dan  biologi. Komponen  fisik  mencakup  kondisi  fisik  geografis  DAS  yang  bersangkutan sedangkan kondisi kimia lebih menitikberatkan kepada kondisi dari air sungai. Komponen biologi dilihat dari keragaman makhluk hidup termasuk manusia yang ada dalam DAS yang memiliki andil terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem DAS.
      DAS memiliki fungsi yang sangat penting bagi kehidupan. Karena dalam DAS terdapat suatu sistem  yang  berjalan  dan  terdiri  dari berbagai  komponen.  DAS  dapat  dibagi  menjadi  tiga  bagian menurut pengelolaannya. Yaitu DAS bagian hulu, tengah, dan hilir. DAS di bagian hulu amat penting sebagai  penyimpan air, penyedia  air  untuk  industri,  potensi  pembangkit  listrik,  dan  yang  tak  kalah penting sebagai penyeimbang ekologis di dalam sistem DAS. DAS bagian tengah merupakan wilayah dimana adanya permukiman serta kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh manusia. Di DAS bagian hilir biasanya merupakan daerah endapan yang subur sehingga padat akan permukiman penduduk. Selain  itu  lokasi-lokasi  industri  juga  banyak  yang  terdapat  di  DAS  bagian  hilir. Penggunaan  tanah  sebagai pencerminan aktivitas penduduk akan memengaruhi kondisi di suatu DAS sehingga bisa berpengaruh terhadap kualitas serta kuantitas air sungai yang ada.
      Sungai  asahan  merupakan  sungai  yang  terdapat  di  Provinsi  Sumatera  Utara. Daerah aliran sungai Asahan, ini adalah suatu daerah yang diatasi secara topografi dimana semua air yang berasal dari  curah hujan akan mengalir ke sungai Asahan.  Batasan daerah aliran ini dimulai dari bendungan pengatur siruar sampai ke hilir berbatasan dengan laut Selat Malaka.
DAS Asahan menjadi banyak diperbincangkan media ketika pemerintah pada tahun 1975 telah menandatangani suatu perjanjian usaha patungan antara pemerintah indonesia dengan pemerintah jepang untuk mendirikan pabrik peleburan aluminium di Kuala Tanjung yang dikelola oleh PT.Indonesia Asahan Aluminium atau PT. INALUM. Selain itu juga pemeruntah berencana membangun PLTA Asahan di sungai Asahan.
DAS Asahan terletak di Provinsi Sumatera Utara. DAS Asahan mencakup Danau Toba yang menjadi hulunya berikut Sungai Asahan sebagai outlet sungai utamanya. Panjang sungai Asahan 147 km dengan enam buah anak sungai utamanya. Luas dari DAS Asahan ini mencapai 3.741 km2 dimana hulunya  berasal  dari Danau Toba  dan mengalirkan sungai  hingga  ke  Selat Malaka. Rata-rata  curah hujan yang ada di DAS Asahan yaitu berkisar 2.112 mm per tahun. Kota utama yang dilingkupi oleh DAS Asahan diantaranya Parapat, Porsea, Balige, Kisaran, dan Tanjung Balai. Titik ketinggian tertinggi di  DAS  Asahan  yaitu  Gunung  Dolok  Sibutan  dengan  tinggi  2.457  mdpl  sedangkan  yang  terendah terdapat di Tanjung Jumpul dengan ketinggian 0 mdpl.

II.                Studi Pustaka
Teori penelitia ini dilandaskan oleh teori-teori yang telah di kemukakan oleh Joeesron Loebis yang telah meneliti hidrologi Danau Toba dan sungai Asahan serta Sanudin dan B. S. Antoko yang meneliti kajian sosial ekonomi masyarakat di DAS Asahan.

III.             Metodelogi Penulisan
a.       Metode pengumpulan data
Penulis dalam pengumpulan data dalam daftar pustaka menggunakan metode pengumpulan data skunder yaitu data yang diperoleh dari pihak lain, tidak langsung diperoleh penulis dari subjeknya.
b.      Penulis menggunakan metode deskriptif yaitu menyajikan data secara sistematis agar uddah untuk dimengerti.

IV.             Pembahasan
Sungai Asahan telah lama di manfaatkan oleh masyarakat di sekitar wilayah Sumatera Utara khususnya masyarakat di sekitar DAS Asahan dan Danau Toba. Pemanfaatan DAS Asahan telah berkembang menjadi lebih menarik saat ini, karena DAS Asahan di bagian hulu di gunakan oleh pemerintah sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air atau yang lebih dikenal sebagai PLTA Asahan. PLTA ini di bangun untuk mensuplai listrik sekala besar karena PLTA ini dapat menghasilkan tenaga listrik sebesar 604 MW. Sedangkan potensi hidrolistrik Sungai Asahan diperkirakan lebih dari 1.000 MW. Selain itu juga di bagian DAS tengah Asahan telah dibangun pabrik aluminium terbesar se-Asia Tenggara yaitu PT.INALUM yang memiliki kapasitas produksi pertahun sebesar 225.000 ton. Untuk dapat memenuhi kapasitas produksi aluminium ini maka dibutuhkanlah tenaga listrik dari PLTA Asahan tersebut. Pembinaan dan pengawasan pelaksanaan pengusahaan PLTA Asahan ini oleh pemerintah Indonesia di tugaskan kepada suatu lembaga yang bernama OTORITA ASAHAN.
Pengairan di daerah sungai Asahan terutama di gunakan untuk pengairan sawah dan air minum pedesaan. Selain itu juga daerah aliran ini juga digunakan ole masyarakat sebagai sumber pengairan untuk lahn pertanian mereka yang pada umunya menanam berbagai macam tanaman seperti bawang, kacang tanah, kopi, cabe, dan sayur mayur. Selain itu pula terdapat pula industri kecil berskala rumah tangga yang mengolah hasil-hasil pertanian, perkebunan, perikanan, dan kehutanan seperti industri chopstick, pengolahan kemiri, pengolahan kopi, dan industri pakan ikan. Laju petumbuhan industri dan kerajinan rakyat di kawasan ini di perkirakan sebesar 9.45% pertahunnya (sumber data tahun 1991). Selain itu juga banyak masyarakat yang menjadikan DAS Asahan dan sekitarnya seperti Danau Toba sebagai tempat pembudidayaan perikanan darat terutama perikanan tambak dengan memanfaatkan tepi danau dan muara sungai-sungai anakan Asahan sebagai area tambak mereka. Umumnnya, usaha budidaya ikan yang dilakukan adalah ikan mas dan nila, dengan sistem jala apung sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat yang bermukim di sekitar danau dan DAS Asahan. Akan tetapi, ada juga masalah yang dialami oleh masyarakat sehubungan perikanan darat ini, antara lain pakan ikan yang harus di datangkan dari luar daerah, sumber bibit ikan yang langka, harga tinggi, dan sering terjadinya kematian ikan sebelum sempat di panen. Kematian ikan ini di perkirakan erat hubungannya dengan kwalitas air di sekitar DAS Asahan.  Penelitian tentang kwalitas air Das Asahan dan sekitarnya dirasakan sangat perlu dilaksanakan secara intensif dan berkesinambungan. 

            KONDISI FISIK
            Jenis Batuan di DAS Asahan
Jenis batuan yang teridentifikasi di DAS Asahan diantaranya tuf Toba, formasi Samosir, baik yang  terbentuk  di  lapisan  mudanya  atau  yang  lebih  tua umur  batuannya.  Di  sekitar  Danau  Toba terdapat batuan intrusif yang terbentuk sejak zaman tersier. Wilayah jenis batuan ini meliputi lingkar luar Danau Toba serta pada wilayah bagian timur Sumatera Utara yang rendah. Pada kondisi batuan yang demikian, banyak ditemukan beberapa tempat penghasil emas untuk dieksplorasi lebih lanjut. Adapun jenis batuan yang terdapat di Pulau Samosir terdiri dari batuan sedimen yang terbentuk sejak zaman kuarter.
Batuan  yang  terdapat  di  sekitar  Danau Toba termasuk  di  DAS  Asahan terbentuk  akibat  muntahan Gunung Toba pada lebih dari 70.000 tahun yang lalu. Di sekeliling Toba banyak ditemukan abu vulkanik (tuf)  hasil  dari muntahan Toba.  Cirinya  yaitu  berstruktur  pasir  dan  mudah  lepas. Tak heran jika  di sekeliling  Toba merupakan  lahan  yang  subur dan  banyak  ditumbuhi  oleh  tumbuhan.  Pulau  Samosir yang  terletak  di  tengah  Danau  Toba  merupakan  batuan  sedimen  yang  bertekstur pasir  yang terkonsolidasi dan terdapat batu kerikil.

Penggunaan Tanah di DAS Asahan
Penggunaan tanah di DAS Asahan dapat dilihat pada peta penggunaan tanah di bawah. Pada peta terlihat bahwa mayoritas penggunaan tanah di DAS Asahan terdiri dari badan air (Danau Toba), perkebunan (forest plantation), dan lahan pertanian sawah. Secara geografis, badan air yang berupa Danau Toba berada di hulu DAS Asahan yang sekaligus menjadi sumber air Sungai Asahan. Di tengah badan  air  terdapat Pulau Samosir yang  menjadi  pusat  permukiman  serta dimanfaatkan  untuk  perkebunan dan pertanian tanah kering. Di bagian tengah penggunaan tanah berupa sebagian hutan dan  juga  perkebunan.  Di  bagian  hilir,  karena  merupakan daerah  datar  dimanfaatkan untuk  lahan pertanian sawah. 
 
 

KEADAAN SOSIAL EKONOMI
Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk  dalam  suatu  kajian pengelolaan DAS  dapat  digunakan untuk melihat bagaimana pengaruh dari kepadatan penduduk terhadap penggunaan tanah yang ada di DAS Asahan. Dari Tabel 1 diketahui bahwa rata-rata kepadatan penduduk di DAS Asahan adalah 732,25 orang/km2, dimana  nilai  ini  menurut  kriteria  FAO  (1985)  termasuk  kategori  padat  karena  >  250  orang/km2. Kabupaten  yang  mempunyai  kepadatan  penduduk  tertinggi  adalah  Tanjung  Balai  dengan  jumlah penduduk 149.238 orang dalam luas wilayah 60,52 km2. ArtinyaTanjung Balai mempunyai kepadatan penduduk  2.466  orang  dalam  setiap km2. Sedangkan  kepadatan  penduduk  terendah  berada  di Kabupaten Toba Samosir dengan jumlah 68 jiwa /km.
Tabel di atas menggambarkan PDRB (pendapatan Daerah Regional Bruto) yang terdapat di DAS Asahan menurut lapangan usahanya. Dari tabel tersebut terlihat kecenderungan kegiatan ekonomi yang  dominan  di DAS  Asahan.  Sektor  yang  dilihat  yaitu  sektor  pertanian  dan  industri. Untuk  sektor pertanian PDRB tertinggi berada di Kabupaten Toba Samosir dan Simalungun sedangkan untuk sektor industri  didominasi  oleh  Kabupaten  Asahan  dan  Tanjung  Balai.  Dari  gambaran  PDRB keempat kabupaten  tersebut  di  atas  maka  kegiatan  dominan  ekonomi  di  hulu  dan  hilir  DAS  Asahan  dapat dibedakan. Kabupaten yang terdapat di daerah hulu DAS Asahan yaitu Kabupaten Toba Samosir dan Simalungun sedangkan yang berada di bagian hilir yaitu Kabupaten Asahan dan Tanjung Balai. Biasanya kegiatan utama ekonomi di hulu yaitu dominasinya di kegiatan pertanian sedangkan di  bagian  hilirnya  adalah  kegiatan industri. Namun,  di  DAS  Asahan  ini  cukup menarik  dimana Kabupaten  Toba  Samosir  yang  berada  di  hulu  sektor  dominannya  yaitu  kegiatan  industri.  Bahkan dengan nilai yang besar yaitu 4.468.664. Dominannya kegiatan industri di Kabupaten Toba Samosir ini bisa  dikarenakan  terdapatnya  industri  kertas  PT  Toba  Pulp  Lestari  yang  memiliki  jangkauan  pasar nasional hingga internasional. keberadaan industri kertas ini akan menyerap lapangan pekerjaan yang besar sehingga kegiatan ekonomi dominan di kabupaten ini adalah kegiatan industri. Kabupaten lainnya yang berada di daerah hulu yaitu Kabupaten Simalungun. Berbeda dengan Kabupaten Toba Samosir yang  memiliki  sektor  dominan  industri, kabupaten  Simalungun  sektor  dominannya  yaitu  sektor pertanian. Hal ini bisa dilihat dari PDRB nya yang mencapai 2.928.657. Di  bagian  hilir,  sektor  dominannya  terbagi  menajdi  dua yaitu  sektor  dominan  industri  di Kabupaten Asahan  dan  sektor  dominan  pertanian  di  Kabupaten Tanjung  Balai.  Kabupaten  Asahan memiliki  sektor  dominan  industri.  Hal  ini  dikarenakan  banyaknya kontribusi  dari  sektor  industri yang berada di Kabupaten Asahan. Di Kabupaten Tanjung Balai memiliki sektor dominan pertanian. Menurut Sanudin dan Antoko (2007) dominannya sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Balai ini dikarenakan kegiatan  perikanan  yang  cukup  dominan. Hal  ini  masuk  dalam  kategori  pertanian,  sehingga memberikan nilai yang cukup tinggi pada PDRB sektor pertaniannya.

Pendapatan Masyarakat
Pendapatan  masyarakat  dapat  dijadikan  sebagai  indikatopr  dalam  perencanaan  pembangunan.  Tabel  di  atas  memperlihatkan  pendapatan  masyarakat  yang  ada  di  DAS  Asahan  menurut  kabupatennya.  Rata-rata  pendapatan  per  tahunnya  berada  di  Kabupaetn  Asahan  dengan jumlah Rp. 14.341.044 per tahun sedangkan yang terendah terdapat di Kabupaten Simalungun dengan nilai Rp. 6.888.854 per tahun. Nilai rata-rata pendapatan masyarakat tersebut bergantung dari PDRB yang dihasilkan serta jumlah penduduk yang ada di kabupaten masing-masing.

V.                Dampak Lingkungan
Selain banyak memberi keuntungan untuk masyarakat di sekitarnya, akan tetapi kawasan DAS Asahan dan sekitarnya di khawatirkan akan juga ikut tercemar oleh aktivitas masyarakat dan industri di sekitar aliran sungai Asahan.
Dampak lingkungan yang terjadi antara lain :
-          Kerusakan akibat faktor aktivitas pertanian yang tidak menerapkan konservasi tanah dan air.
-          Tidak adanya konservasi dalam penebangan hutan, akibatnya akan terjadi erosi yang bisa menyebabkan banjir bandang
-          Pencemaran air sungai akibat pembuangan limbah rumah tangga oleh masyarakat sekitar, akibatnya air sungai akan tercemar sehingga tidak layak konsumsi sebagai air minum PDAM.
-          Pencemaran dari limbah buangan industri baik skala kecil, menengah ataupun besar yang tidak berkesinambungan dengan lingkungan akan dapat mematikan dan menghancurkan ekosistem biotik dan abiotik di sungai. Contoh, akan menghilangnya iikan-ikan yang banyak terdapat disungai.

VI.             Simpulan
-          DAS Asaha sangat bermanfaat bagi masyarakat sumatera utara
-          Ekosistem yang dimiliki DAS baik biotik maupun abiotik memiliki potensi yang sangat besar keuntungannya apabila dikelola secara bijak.
-          Daerah aliran DAS sangat subur sehingga sangat cocok untuk ditanami sebagai lahan pertanian oleh masyarakat sekitar .
-          DAS Asahan juga dapat membuka peluang kerja yang besar karena banyaknya perusahaan besar beroperasi di daerah DAS Asahan tersebut.
-          Kerusakan juga dapat terjadi di DAS Asahan apabila masyarakat di DAS Asahan tidak peduli dengan keselamatan ekosistem abiotik dan biotik di DAS Asahan, akibatnya akan terjadi dampak erosi, banjir bandang, dan hilangnya keanekaragaman hayati di DAS Asahan tersebut.

VII.          Daftar pustaka
Jayawardena, A. W,  K. Takeuchi, dan B. Machbub (eds). River Catalogue.  Volume II, December 1997,
Sandy, I Made. 1996. Geografi Regional Republik Indonesia. Cetakan 3. Jakarta : PT Indograph Bakti.
Sanudin dan B. S. Antoko. 2007. Kajian Sosial Ekonomi Masyarakat di DAS Asahan, Sumatera Utara.
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 4 No. 4 Desember 2007, Hal. 355 – 367.
Loebis, Joesron. 1999.”Hidrologi Danau Toba dan Sungai Asahan”.